·
Pengangguran
v Data pengangguran
Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar
9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang
berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78
juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7
juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi
seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas nasional. Masalah
lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam
kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang.
Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah
dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas
rendah.Dengan demikian masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur
berjumlah 38 juta orang yang harus segera dituntaskan.
Pengangguran
Terbuka*) Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004, 2005, 2006, 2007,
2008, 2009, 2010, dan 2011
No
|
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
|
2004
|
2005 (Feb)
|
2005 (Nov)
|
2006 (Feb)
|
2006 (Agst)
|
2007 (Feb)
|
2007 (Agst)
|
1
|
Tidak/Belum
Pernah Sekolah/Belum Tamat SD
|
1 004 296
|
1 012 711
|
937 985
|
849 425
|
781 920
|
666 066
|
532 820
|
2
|
Sekolah
Dasar
|
2 275 281
|
2 540 977
|
2 729 915
|
2 675 459
|
2 589 699
|
2 753 548
|
2 179 792
|
3
|
SLTP
|
2 690 912
|
2 680 810
|
3 151 231
|
2 860 007
|
2 730 045
|
2 643 062
|
2 264 198
|
4
|
SMTA
(Umum dan Kejuruan)
|
3 695 504
|
3 911 502
|
5 106 915
|
4 047 016
|
4 156 708
|
3 745 035
|
4 070 553
|
5
|
Diploma
I/II/III/Akademi
|
237 251
|
322 836
|
308 522
|
297 185
|
278 074
|
330 316
|
397 191
|
6
|
Universitas
|
348 107
|
385 418
|
395 538
|
375 601
|
395 554
|
409 890
|
566 588
|
Total
|
10 251 351
|
10 854 254
|
12 630 106
|
11 104 693
|
10 932 000
|
10 547 917
|
10 011 142
|
No
|
Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan
|
2008 (Feb)
|
2008 (Agst)
|
2009 (Feb)
|
2009 (Agst)
|
2010 (Feb)
|
2010 (Agst)
|
2011(Feb)
|
2011 (Agst)
|
1
|
Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat SD
|
528 195
|
547 038
|
476302
|
637 901
|
606 230
|
757 807
|
645 081
|
877 265
|
2
|
Sekolah Dasar
|
2 216 748
|
2 099 968
|
2143747
|
1 531 671
|
1 522 465
|
1 402 858
|
1 275 890
|
1 120 090
|
3
|
SLTP
|
2 166 619
|
1 973 986
|
2054682
|
1 770 823
|
1 657 452
|
1 661 449
|
1 803 009
|
1 890 755
|
4
|
SMTA (Umum dan Kejuruan)
|
3 369 959
|
3 812 522
|
3471213
|
3 879 471
|
3 448 137
|
3 344 315
|
3 346 477
|
3 074 946
|
5
|
Diploma I/II/III/Akademi
|
519 867
|
362 683
|
486 399
|
441 100
|
538 186
|
443 222
|
434 457
|
244 687
|
6
|
Universitas
|
626 202
|
598 318
|
626 621
|
701 651
|
820 020
|
710 128
|
612 717
|
492 343
|
Total
|
9 427 590
|
9 394 515
|
9 258 964
|
8 962 617
|
8 592 490
|
8 319 779
|
8 117 631
|
7 700 086
|
*) Mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan, sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2004, 2005,
2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011
Jumlah pengangguran pada Februari 2012 mencapai 7,6 juta orang,
dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT
Februari 2012 sebesar 6,32 persen turun dari TPT Agustus 2011 sebesar 6,56
persen dan TPT Februari 2011 sebesar 6,80 persen. Pada Februari 2012, TPT untuk
pendidikan menengah masih tetap menempati posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah
Menengah Atas sebesar 10,34 persen dan TPT Sekolah Menengah Kejuruan sebesar
9,51 persen. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2011, TPT pada hampir semua
tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan SD
kebawah naik 0,13 persen poin dan TPT untuk tingkat pendidikan Diploma I/II/III
naik 0,34 persen poin.
v Permasalahan pada data tersebut ( Pengangguran )
Berdasarkan data pengangguran di atas, secara garis besar
pengangguran pada tahun 2002 sebanyak 9,13 juta penganggur terbuka. Kemudian
terjadi peningkatan pada tahun 2004, yaitu jumlah penganggur terbuka
sebanyak 10,25 juta. Pada tahun 2005 juga terjadi peningkatan, yaitu dengan
jumlah pengangguran pada tahun 2005 sebanyak 12, 63 juta.Pada tahun 2005 ini
jumlah pengangguran mencapai puncaknya.Setelah itu pada tahun 2006 sampai tahun
2012 mengalami penurunan secara terus-menerus untuk jumlah pengangguran. Pada
tahun 2006, jumlah total penganggur sebanyak 10,9 juta, pada tahun 2007
sebanyak 10juta, pada tahun 2008 sebanyak 9,4 juta, pada tahun 2009 sebanyak
8,9 juta, pada tahun 2010 sebanyak 8,3 juta, pada tahun 2011 sebanyak 7,7 juta
, dan pada tahun 2012 sebanyak 7,6 juta.
v Analisis permasalahan ( pengangguran )
Berdasarkan permasalahan di atas, terjadinya peningkatan
pengangguran dari tahun 2002 sampai tahun 2005, menurut saya mungkin
penyebabnya adalah produktivitas dan pendapatan masyarakat berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya,
termasuk pengangguran. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan.Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
·
Ø Inflasi
v Data Inflasi Indonesia
Indeks Inflasi
Bulanan Indonesia,
2002,2003,2004,2005,
2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 2012
BULAN
|
TAHUN 2002
|
TAHUN 2003
|
TAHUN 2004
|
TAHUN 2005
|
TAHUN 2006
|
INFLASI
|
INFLASI
|
INFLASI
|
INFLASI
|
INFLASI
|
|
Jan
|
1.99
|
0.8
|
0.57
|
1.43
|
1.36
|
Feb
|
1.5
|
0.2
|
-0.02
|
-0.17
|
0.58
|
Mar
|
-0.02
|
-0.23
|
0.36
|
1.91
|
0.03
|
Apr
|
-0.24
|
0.15
|
0.97
|
0.34
|
0.05
|
Mei
|
0.8
|
0.21
|
0.88
|
0.21
|
0.37
|
Jun
|
0.36
|
0.09
|
0.48
|
0.5
|
0.45
|
Jul
|
0.82
|
0.03
|
0.39
|
0.78
|
0.45
|
Agt
|
0.29
|
0.84
|
0.09
|
0.55
|
0.33
|
Sep
|
0.53
|
0.36
|
0.02
|
0.69
|
0.38
|
Okt
|
0.54
|
0.55
|
0.56
|
8.7
|
0.86
|
Nov
|
1.85
|
1.01
|
0.89
|
1.31
|
0.34
|
Des
|
1.2
|
0.94
|
1.04
|
-0.04
|
1.21
|
Tahunan
|
10.03
|
5.06
|
6.4
|
17.11
|
6.6
|
BULAN
|
TAHUN 2007
|
TAHUN 2008
|
TAHUN 2009
|
TAHUN 2010
|
TAHUN 2011
|
TAHUN 2012
|
INFLASI
|
INFLASI
|
INFLASI
|
INFLASI
|
INFLASI
|
INFLASI
|
|
Jan
|
1.04
|
1.77
|
-0.07
|
0.84
|
0.89
|
0.76
|
Feb
|
0.62
|
0.65
|
0.21
|
0.3
|
0.13
|
0.05
|
Mar
|
0.24
|
0.95
|
0.22
|
-0.14
|
-0.32
|
0.07
|
Apr
|
-0.16
|
0.57
|
-0.31
|
0.15
|
-0.31
|
0.21
|
Mei
|
0.1
|
1.41
|
0.04
|
0.29
|
0.12
|
N.A
|
Jun
|
0.23
|
2.46
|
0.11
|
0.97
|
0.55
|
N.A
|
Jul
|
0.72
|
1.37
|
0.45
|
1.57
|
0.67
|
N.A
|
Agt
|
0.75
|
0.51
|
0.56
|
0.76
|
0.93
|
N.A
|
Sep
|
0.8
|
0.97
|
1.05
|
0.44
|
0.27
|
N.A
|
Okt
|
0.79
|
0.45
|
0.19
|
0.06
|
-0.12
|
N.A
|
Nov
|
0.18
|
0.12
|
-0.03
|
0.6
|
0.34
|
N.A
|
Des
|
1.1
|
-0.04
|
0.33
|
0.92
|
0.57
|
N.A
|
Tahunan
|
6.59
|
11.06
|
2.78
|
6.96
|
3.79
|
1.09
|
v Permasalahan pada data tersebut (Inflasi)
Berdasarkan data di atas, secara berturut-turut inflasi di
Indonesia pada tahun 2002 sampai tahun 2003 mengalami penurunan, yaitu sebanyak
10,03; 5,06; 6,4 . Setelah itu terjadi peningkatan Inflasi
pada tahun 2004, sebanyak 6,4. Kemudian terjadi peningkatan inflasi secara
drastis pada tahun 2005, sebanyak 17,1. Setelah itu terjadi penurunan inflasi
kembali pada tahun 2006 sebanyak 6,6. Pada tahun 2007 terjadi penurunan
inflasi, namun tidak begitu banyak, yaitu sebanyak 6,59. Pada tahun 2008 dan
2009, secara berturut-turut terjadi peningkatan dan penurunan inflasi, yaitu
pada 2008 terjadi inflasi sebanyak 11,6, dan pada 2009 sebanyak 2,7. Kemudian
pada tahun 2010 terjadi peningkatan inflasi lagi, lalu pada tahun 2011 dan 2012
mengalami penurunan. Secara berturut-turut jumlah inflasi pada tahun
2010,2011,dan 2012 sebanyak 6,9 ;3,7 ; 1,9
v Analisis Permasalahan
Berdasarkan permasalahan diatas, terjadinya peningkatan inflasi
pada tahun-tahun tertentu dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan
permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah
desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or
service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).Untuk sebab pertama lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan
untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan terjadi
akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan
memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu
kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam
situasi full employmentdimanana biasanya lebih disebabkan oleh
rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas
di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku
bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.
Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi
dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara
umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.Adanya
ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan
berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi
nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
·
Ø Pertumbuhan Ekonomi
PDB Indonesia selama tahun 2002 meningkat sebesar 3,66 persen
dibandingkan PDB tahun 2001. Pertumbuhan ini terjadi pada semua sektor ekonomi,
tertinggi pada sektor pengangkutan-komunikasi sebesar 7,83 persen,
listrik-gas-air bersih sebesar 6,17 persen, dan keuangan-persewaan-jasa
perusahaan sebesar 5,55 persen.
Perekonomian Indonesia tahun 2002 yang diukur berdasarkan
besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.610,0 triliun, sedangkan
atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 426,7 triliun.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2002 digerakkan
oleh kegiatan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah. Hal ini terlihat
dari besarnya konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah pada tahun 2002
terhadap tahun 2001 masing-masing tumbuh sebesar 4,72 persen dan 12,79 persen.
Sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan ekspor masing-masing turun sebesar
minus 0,19 persen dan minus 1,24 persen.
Fluktuasi jangka pendek perekonomian
Indonesia selama tahun 2002 tercermin pada PDB triwulanan. Pertumbuhan PDB
triwulan IV tahun 2002 dibandingkan dengan PDB triwulan III tahun 2002 (q to q) menurun sebesar minus 2,61 persen. Penurunan
ini sebagian besar disebabkan oleh pola musiman di sektor pertanian yang turun
sebesar minus 20,26 persen. Kemudian PDB triwulan III dibanding triwulan II
meningkat sebesar 2,75 persen, dan PDB triwulan II terhadap triwulan I
meningkat sebesar 1,30 persen.
Perbandingan PDB riil triwulanan
tahun 2002 dengan triwulan yang sama pada tahun 2001 menggambarkan laju
pertumbuhan (year on year) tanpa pengaruh musiman. Laju
pertumbuhan triwulan IV sebesar 3,82 persen, triwulan III sebesar 4,25 persen,
triwulan II sebesar 3,87 persen, dan triwulan I tumbuh sebesar 2,67 persen.
PDB perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2002 mencapai
Rp. 7,6 juta dan pada tahun 2001 sebesar Rp. 6,9 juta. Kemudian PDB perkapita
menurut propinsi pada tahun 2001 paling tinggi ditunjukkan oleh propinsi
Kalimantan Timur sebesar Rp. 32,0 juta, disusul oleh DKI sebesar Rp. 26,3 juta
dan Riau sebesar Rp. 11,6 juta.
Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia 1998 – 2008
Sumber:
politikana.com
Hingga tahun 2008, pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencapai 6,4%. Namun pertumbuhan ini lantas mengalami
penurunan nilai di tahun 2009. Krisis ekonomi global yang dimulai pada tahun
2008 dan terasa dampaknya hingga tahun 2009 ternyata membuat pertumbuhan
perekonomian Indonesia hanya tumbuh sebesar 4,5%.[2] Indonesia memang tergolong hebat dikarenakan kinerja
perekonomiannya masih menunjukkan angka positif walaupun kecil. Beberapa
kalangan menilai hal ini dikarenan struktur pasar Indonesia cukup kuat,
tertolong oleh adanya sektor riil yang berasal dari pihak UMKM (Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah).Hal ini dikarenakan orientasi pemasaran produk-produk UMKM
adalah pada pasar domestik dan relatif kecil yang diekspor.Selain itu, pelaku
UMKM mempunyai motivasi yang kuat untuk mempertahankan usahanya dan kegiatan
produksi yang mengandalkan bahan-bahan baku lokal. Keunggulan lainnya yakni
karakteristik tenaga kerja di sektor ini yang tersedia cukup besar dan murah
serta berpendidikan rendah sehingga mempunyai mobilitas yang tinggi untuk
berpindah ke sektor lain.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat
sebesar 4,5 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada semua sektor ekonomi,
dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 15,5 persen
dan terendah di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan
PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku
mencapai Rp5.613,4 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000)
mencapai Rp2.177,0 triliun.
Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV-2009 dibandingkan
dengan triwulan III-2009 (q-to-q) menurun sebesar 2,4 persen, dan bila
dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,4 persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4,5 persen, terjadi pada
pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 15,7 persen, diikuti oleh pengeluaran
konsumsi rumah tangga 4,9 persen, dan pembentukan modal tetap bruto 3,3 persen.
Sedangkan komponen ekspor tumbuh minus 9,7 persen, dan impor minus 15,0 persen.
Pada tahun 2009, dari sisi penggunaan, PDB digunakan untuk
memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 58,6 persen, konsumsi pemerintah 9,6
persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi fisik 31,1 persen
dan ekspor 24,1 persen. Sedangkan untuk penyediaan dari impor sebesar 21,3
persen.
PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai
Rp24,3 juta (US$2.590,1), sementara tahun 2008 sebesar Rp21,7 juta
(US$2.269,9).
Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB triwulan
IV-2009 sebesar 57,6 persen, dengan 3 provinsi utamanya adalah: DKI Jakarta,
Jawa Timur dan Jawa Barat.
Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen
dibandingkan dengan tahun 2010. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi,
dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,7 persen
dan terendah di Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,4 persen. Sementara PDB
(tidak termasuk migas) tahun 2011 tumbuh 6,9 persen.
Besaran PDB Indonesia tahun 2011 atas dasar harga berlaku
mencapai Rp7.427,1 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000)
mencapai Rp2.463,2 triliun.
Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV-2011 dibandingkan
dengan triwulan III-2011 (q-to-q) turun sebesar 1,3 persen, tapi bila
dibandingkan dengan triwulan IV-2010 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,5 persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 menurut sisi penggunaan terjadi
pada komponen ekspor sebesar 13,6 persen, diikuti pembentukan modal tetap bruto
(PMTB) 8,8 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,7 persen, pengeluaran
konsumsi pemerintah 3,2 persen, dan komponen impor sebagai factor pengurang
juga mengalami pertumbuhan, yaitu sebesar 13,3 persen.
Pada tahun 2011, PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah
tangga sebesar 54,6 persen, konsumsi pemerintah 9,0 persen, pembentukan modal
tetap bruto atau investasi fisik 32,0 persen, ekspor 26,3 persen, dan impor
24,9 persen.
PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 mencapai
Rp30,8 juta (US$3.542,9), meningkat dibandingkan pada tahun 2010 yaitu sebesar
Rp27,1 juta (US$3.010,1). 57,5 persen dari PDB triwulan IV-2011 disumbang oleh
Pulau Jawa, dengan urutan tiga provinsi terbesarnya adalah: DKI Jakarta, Jawa
Timur, dan Jawa Barat. Secara kuantitatif, kegiatan-kegiatan di sektor sekunder
dan tersier masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan kegiatan sektor
primernya lebih diperankan oleh luar Pulau Jawa.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar