Selasa, 15 April 2014

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN “PENGARUH EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU’




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembangunan ekonomi dalam perspektif yang luas dipandang sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan distribusi pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat
daripada tingkat pertumbuhan penduduknya.
Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan prasyarat bagi berlangsungnya pembangunan ekonomi. Kemiskinan yang berlangsung terus di banyak Negara Afrika merupakan salah satu akibat tidak adanya pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut.
Karena itu, masalah pertumbuhan ekonomi telah banyak mendapat perhatian ekonom, baik di Negara sedang berkembang maupun negara-negara industri maju (Tambunan, 1996). Pada akhir tahun tujuh puluhan masalah pertumbuhan ekonomi telah banyak diteliti oleh para ekonom, tetapi belum ada kesepakatan tentang penyebab terjadinya pertumbuhan tersebut. Aliran ekonom Klasik lebih menekankan pada penyediaan tenaga kerja, stok modal, dan perubahan teknologi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar dapat mengalokasikan sumberdaya secara efisien, sedangkan aliran Keynesian menekankan pada faktor permintaan agregat. Pendekatan Keynesian ini menempatkan isu sentral
pada ekspor sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.
Saat ini banyak ekonom tertarik kembali melakukan studi tentang pertumbuhan ekonomi. Beberapa studi empiris yang telah dilakukan, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia adalah Khan dan Reinhart (1990), Sinha (1999), Far (2000), dan Amir (2004).
Diantara studi-studi tersebut mengemukakan pentingnya peningkatan ekspor dan investasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi
B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu bagaimana pengaruh ekspor terhadap perkembangan ekonomi di Maluku?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai salah satu prasyarat kelulusan pada penawaran  mata kuliah ekonomi pembangunan.

D.    Manfaat Penulisan
Diharapkan penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi:
1.    Penulis
Sebagai syarat kelulusan mata kuliah ekonomi pembangunana
2.    Teman-teman seangkatan
Sebagai masukan bagi teman seangkatan guna mengetahui bagaimana pengaruh ekspor terhadap perkembangan ekonomi Maluku.

E.     Penjelasan Istilah
Agar tidak salah dalam menafsirkan judul maka penulis menjabarkannya yaitu sebagai berikut.
1.      Ekspor adalah suatu hasil sumber daya yang di miliki oleh suatu Negara yang di keluarkan untuk keperluaan Negara lain dalam hal ini perekonomian antar negara.
2.      Maluku adalah salah satu provinsi yang terdapat di Indonesia bagian timur, dan memiliki kemampuan ekspor yang cukup memadai.














BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pengertian ini mengandung tiga hal pokok yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu yang bersifat dinamis,output per kapita mengaitkan aspek output total dan aspek jumlah penduduk, dan jangka panjang menunjukkan kecenderungan perubahan perekonomian dalam jangka waktu tertentu yang didorong oleh perubahan intern perekonomian. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai kenaikan output total dalam jangka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari jumlah pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh perubahan struktur perekonomian atau tidak. Sukirno (1998), mengartikan pertumbuhan ekonomi sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang dihasilkan bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan
ekonomi serta bagaimana keterkaitan di antara faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Terdapat cukup banyak teori pertumbuhan ekonomi tetapi tidak satupun teori yang komprehensif yang dapat menjadi standar yang baku, karena masing-masing teori memiliki kekhasan sendiri-sendiri sesuai dengan latar belakang teori tersebut. Dalam tulisan ini akan dipaparkan dua teori tentang pertumbuhan ekonomi yang dianggap cukup menerangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yaitu teori Harrod Domar dan teori Solow-Swan.



2.      Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh Evsey Domar (Massacussets Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod (Oxford University). Teori ini merupakan perluasan teori Keynes dengan memasukkan masalah-masalah ekonomi jangka panjang, serta berusaha menunjukkan syarat-syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth).
Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu:
1. Perekonomian dalam pengerjaan penuh (full employment).
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan.
3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional,
yang berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save, MPS) besarnya tetap, demikian
juga rasio antara modal-output (capital-output ratio, COR) dan rasio pertambahan modal-output
(incrementalc apital-output ratio, ICOR).
Menurut teori Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasional hanya untuk mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun untuk menumbuhkan perekonomian diperlukan investasi baru sebagai tambahan stok modal. Jika dianggap ada hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya stok modal (K) dengan output
total (Y), maka setiap tambahan bersih stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai rasio modal-output. Hubungan ini dikenal dengan istilah rasio modal-output (COR).
Teori pertumbuhan Solow-Swan menggunakan fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Dauglas yang dikenal dengan fungsi produksi Cobb-Dauglas. Fungsi output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja.
Nilai Tt, a dan b bisa diestimasi secara empiris, tetapi pada umumnya nilai a dan b ditentukan besarnya dengan menganggap a + b = 1 yang berarti bahwa a dan b nilainya adalah sama dengan produksi batas dari masing-masing faktor produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai a dan b ditentukan dengan melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam menciptakan output (WiSritua Arief (1984), dalam disertasinya yang telah dibukukan melakukan penelitian mengenai industri minyak bumi dan ekonomi dalam studi dampak. Penelitian menganalisis data runtun waktu
1667-1976. Sritua Arief melakukan dua model pendekatan, yaitu pendekatan input-output dan pendekatan ekonomi makro. Dalam pendekatan ekonomi makro digunakan persamaan simultan yang memodelkan pendapatan nasional dari pendekatan pengeluaran. Unsur-unsur pendapatan nasional diuraikan dalam tujuh persaaman struktural dan dua persamaan identitas, antara lain persamaan konsumsi (pemerintah dan swasta), investasi (pemerintah dan swasta), impor, pajak dan
pembayaran neto keluar negeri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengganda dampak yang ditimbulkan oleh ekspor minyak bumi terhadap produk nasional bruto selama periode yang diselidiki adalah 1,2876 yang jauh lebih kecil kalau dibandingkan dengan yang ditimbulkan oleh ekspor sector non minyak bumi yang besarnya 3,0930. Sebab utama dari hal ini adalah ekspor sektor non minyak
bumi mempunyai efek yang lebih tinggi terhadap konsumsi, investasi dan pajak.
Amir (2004) meneliti pengaruh ekspor pertanian dan nonpertanian terhadap pendapatan nasional dalam kurun waktu 1981- 2003 dengan menggunakan persamaan parsial dalam bentuk persamaan linear dan persamaan log linier. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekspor pertanian dan non pertanian memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nasional, yang secara statistik sangat signifikan. Sementara dari sisi pertumbuhan, ekspor pertanian memberi dampak yang lebih kecil terhadap pertumbuhan ekonomi.
Far (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ketidakstabilan ekspor, investasi dan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara Asia dengan menggunakan data time series. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat pengaruh yang berbeda-beda antara satu negara dengan negara yang lain. Hubungan positif antara ekspor dan pertumbuhan pertumbuhan ekonomi terjadi di Jepang, Malaysia, Philipina dan Sri lanka. Sedangkan Korea, Myanmar, Pakistan dan Thailand
menunjukkan hubungan negatif. Dalam penelitiannya juga ditemukan bahwa variabel investasi memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi.
Ekanayake (1999) meneliti hubungan antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang Asia dengan menggunakan model kointegrasi dan error corection model (ECM). Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek ada hubungan yang kuat antara ekspor
dan pertumbuhan ekonomi, kecuali di Sri Lanka. Sedangkan dalam jangka panjang terdapat hubungan yang kuat antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam semua negara.
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data runtun waktu (time series) yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan sumber-sumber lain yang relevan. Data yang dikumpulkan mencakup semua variabel yang relevan untuk keperluan estimasi selama kurun waktu 1980 – 2006.
Mengikuti Reinhart (1990), spesifikasi model yang banyak digunakan oleh negara-negara berkembang adalah model pertumbuhan neoklasik yang dikembangkan oleh Solow. Titik awal pengembangan model adalah fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan hubungan antara output yang dihasilkan dengan input yang digunakan, yang dapat ditulis sebagai berikut:
y Af (K,L,Z) (8)
Dimana y adalah tingkat output, K adalah stok kapital, L adalah tenaga kerja, dan Z adalah faktor-faktor lain yang temasuk mempengaruhi tingkat output. Variabel A adalah mengukur produktifitas faktor yang secara umum dianggap tumbuh pada tingkat yang konstan.


3.      Pengujian Terhadap Pelanggaran Asumsi Klasik

Uji Multikolinearitas
Untuk menguji kemungkinan terjadinya gejala multikoliniearitas dapat dilakukan dengan terlebih dahulu membuat regresi tambahan (auxiliary regression), yaitu; dengan meregresi variable bebas dengan variabel bebas lainnya. Untuk model empat variabel bebas maka akan terdapat empat model pengujiannya. Kemudian, pengujian multikolinearitas selanjutnya digunakan uji Klien (Klien test). Klien menyatakan bahwa multikolinearitas baru menjadi masalah bila R² yang didapat
dari regresi tambahan (auxilliary regression) adalah lebih besar bila dibandingkan dengan R² yang didapat dari regresi berganda diantara seluruh variabel bebas atau R² > R^2 YX1,…Xn (Gujarati,
1995). Dalam penelitian ini dengan cara meregresikan antara sesama variabel penjelasnya yang meliputi variabel LnXMG, LnXNMG, LnIG terhadap LnIP, variabel LnXNMG, LnIG, LnIP terhadap LnXMG, variabel LnXMG, LnXNMG, LnIP terhadap LnIG, variabel LnXMG, LnIG, LnIP terhadap LnXMG. Hasil R^2 dari perhitungan regresi berganda antar variabel penjelas tersebut harus lebih
kecil dari nilai R2 regresi berganda variabel penjelas (LnXMG, LnIG, LnIP, LnXMG) dengan variable yang dijelaskan (LnY).
Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi apakah varians dari kesalahan pengganggu konstan untuk semua variabel penjelas. Bila ditemukan varians dari kesalahan penggangu tersebut tidak konstan, berarti dalam model yang digunakan terdapat gejala heterokedastisitas. Konsekuensi dari adanya heterokedastisitas ini adalah bahwa penaksir OLS tetap tidak bias dan konsisten tetapi
tidak efisien.


Model Summary
R2 atau koefisien determinasi sebesar 98,9% yang berarti
nilai koefisien determinasi pada persamaan di dalam estimasi pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 0,989% yang berarti sekitar 98,9% variasi variabel tak bebas yang dapat dijelaskan oleh variable bebasnya. sedangkan sisanya (1,1%) dijelaskan oleh variabel lain yang belum teramati.
variabel yang dijelaskan secara individu (parsial), sebagai berikut :
a. Pengaruh Investasi Swasta (LnIP) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY).
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah perubahan variabel penjelas yang
digunakan (Investasi Swasta, LnIP) dalam model regresi secara individu (parsial) berpengaruh
terhadap perubahan variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY). Hasil pengujiannya
seperti tampak pada Tabel 3 yaitu diperoleh nilai t hitung untuk Investasi Swasta terhadap
Pertumbuhan Ekonomi adalah sebesar 6,335 dengan menggunakan jumlah n sebesar 27.
Kemudian derajat kebebasan 95% atau dengan kata lain tingkat keyakinan () ditetapkan
sebesar (0,05), dan degree of freedom (df) dengan rumus (n-k) sebesar = 22 sehingga dapat
dilihat nilai t tabel sebesar 2,074. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa nilai t hitung (6,335) > t ada pengaruh variabel penjelas secara parsial (Investasi Swasta,
LnIP) terhadap variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY)).
Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan investasi swasta
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, yang secara statistik signifikan
pada =5%. Artinya setiap kenaikan investasi swasta sebesar 1% akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,036%. Hasil ini sejalan dengan pendapat para ekonom pada
umumnya yang menyatakan bahwa investasi berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.
Terlebih untuk negara berkembang seperti Indonesia, salah satu faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi yang sangat dominan adalah faktor investasi, di samping faktor konsumsi. Konstribusi
investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi permintaan dan
penawaran. Dari sisi permintaan, peningkatan investasi akan menjadi stimulus petumbuhan
ekonomi dengan menciptakan pertumbuhan yang efektif. Sedangkan dari sisi penawaran,
pertumbuhan investasi akan merangsang pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lebih
banyak cadangan modal yang kemudian berkembang dalam peningkatan kapasitas produksi.
Sehubungan dengan itu, maka sudah sewajarnya pemerintah melakukan kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan masuknya investasi, terutama investasi swasta.
b. Pengaruh Investasi Pemerintah (LnIG) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY).
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah perubahan variabel penjelas yang
digunakan (Investasi Pemerintah, LnIG) dalam model regresi secara individu (parsial)
berpengaruh terhadap perubahan variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY). Hasil pengujiannya seperti tampak pada Tabel 3 yaitu diperoleh nilai t hitung untuk Investasi Pemerintah (LnIG) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY) sebesar 2,740. Pada data penelitian ini menggunakan jumlah n sebesar 27. Kemudian derajat kebebasan 95% atau dengan kata lain tingkat keyakinan () ditetapkan sebesar 0,05, dan degree of freedom (DF) dengan rumus (n-k) sebesar = 22 sehingga dapat dilihat nilai t tabel sebesar 2,074 (kurva normal sisi sebelah kiri).
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan nilai t hitung (2,740) > t tabel (2,074) yang berarti ada pengaruh variabel penjelas secara parsial Investasi Pemerintah (LnIG)) terhadap variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi (LnY)).
Seperti halnya investasi swasta, investasi pemerintah juga berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, yang secara statistik signifikan pada = 5%. Hasil pengujian ini telah sesuai dengan hipotesis yang diharapkan bahwa investasi pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil pengujian, pengaruh investasi pemerintah lebih rendah dari pengaruh investasi swasta, di mana setiap peningkatan investasi pemerintah sebesar 1% akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,084% dengan asumsi factor lainnya konstan. Hal ini sejalan dengan tujuan investasi yang dilakukan pemerintah, di mana investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum (Peraturan pemerintah No. 8 Tahun 2007 tentang Investasi Pemerintah Pasal 2 ayat 1 dan 2).
c. Pengaruh Ekspor Migas (LnXMG) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY).
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah perubahan variabel penjelas yang
digunakan (Ekspor Migas, LnXMG) dalam model regresi secara individu (parsial) berpengaru terhadap perubahan variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY). Hasil pengujiannya
Migas (LnXMG) terhadap pertumbuhan ekonomi (LnY)).
Pengujian hubungan antara ekspor migas terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan tanda
negatif, di mana hal ini berlawanan dengan hipotesis yang dirumuskan sebelumnya, yaitu
bertanda positif. Menurut hasil pengujian, variabel ekspor migas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi yang berlawanan ini merupakan cerminan
dari perekonomian Indonesia beberapa tahun belakangan ini, di mana kebutuhan migas,
terutama minyak untuk bahan bakar kendaraan dan keperluan industri tidak dapat disediakan
sepenuhnya oleh produksi dalam negeri. Sekitar 30% dari kebutuhan minyak dalam negeri
dipenuhi melalui impor.
d. Ekspor Non Migas (LnXNMG) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY).
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah perubahan variabel penjelas yang
digunakan (Ekspor Non Migas, LnXNMG) dalam model regresi secara individu (parsial)
berpengaruh terhadap perubahan variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY).    Hasil pengujiannya seperti tampak pada Tabel 3 diperoleh nilai t hitung untuk Ekspor Non Migas (LnXNMG) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY) sebesar 3,576. Pada data penelitian ini menggunakan jumlah n sebesar 27. Kemudian derajat kebebasan 95% atau dengan kata lain tingkat keyakinan () ditetapkan sebesar 0,05, dan degree of freedom (DF) dengan rumus (n-k) sebesar = 22 sehingga dapat dilihat nilai t tabel sebesar: 2.074. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan nilai t hitung (2, 576) > t Tabel (2,074) yang berarti ada pengaruh variabel penjelas secara parsial (Ekspor Non Migas (LnXNMG)) terhadap variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi (LnY)).
Hasil pengujian hubungan ekspor non migas terhadap pertumbuhan ekonomi telah sesuai
dengan hipotesis yang diharapkan, yaitu bertanda positif. Artinya ekspor non miga  memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, yang secara statistik signifikan pada = 5%. Setiap perubahan ekspor non migas sebesar 1% akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,082%. Berdasarkan data yang dikemukakan sebelumnya yaitu perkembangan ekspor
migas dan non migas (Gambar 1) nilai ekspor non migas selalu lebih tinggi dari ekspor migas sejak tahun 1987. Artinya, untuk perekonomian Indonesia (Maluku), pendapat bahwa ekspor sebaga mesin pertumbuhan ekonomi (engine of growth) hanya berlaku untuk ekspor non migas.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pengujian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Ekonomi,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Investasi swasta, investasi pemerintah, ekspor migas, ekspor non migas secarabersamasama
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Tiga dari empat variabel independen, yaitu investasi swasta, investasi pemerintah dan
ekspor non migas berpengaruh positif terhadap variabel dependen, yaitu pertumbuhan
ekonomi, yang secara statitistik sangat signifikan. Sedangkan variabel independen yang
tidak berpengaruh berpengaruh secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
variabel ekspor migas.
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 1, Maret 2010, 14-27
26
3. Investasi swasta akan memberi dampak yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi,
yaitu memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar sebesar 0,306%.
Sedangkan investasi pemerintah memberikan konstribusi positf terhadap pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,084%. Kontribusi yang terkecil berasal dari perubahan ekspor non migas,
yaitu memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,082% jikamasingmasing
variabel diatas berubah sebesar 1%.

B.     Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, pemerintah disarankan lebih berinisiatif menggalakkan faktor-faktor yang ikut mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, terutama investasi swasta, investasi pemerintah dan ekspor non migas.
2. Peningkatan investasi akan meningkatkan kapasitas produksi yang pada akhirnya berujung pada pembukaan lapangan kerja baru, yang pada tahap selanjutnya akan mendoron pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, adanya peningkatan investasi memungkinkan terjadinya transfer teknologi dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, investasi swasta baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri harus diupayakan peningkatannya dari waktu ke waktu dengan memberikan berbagai insentif seperti memberikan keringan pajak dan memangkas birokrasi perijinan, memberikan pelayanan yang cepat, murah, efisien dan sebagainya. Investasi pemerintah walaupun memberikan pengaruh yang lebih kecil namun peranannya tidak boleh diabaikan. Investasi pemerintah juga harus diupayakan peningkatannya karena disamping memberikan manfaat ekonomi juga memberikan manfaat sosial untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.
3. Peningkatan ekspor non migas dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi ekspor dan memperluas pasar tujuan ekspor, dengan demikian anggapan bahwa ekspor, terutama ekspor non migas menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dapat menjadi kenyataan.
4. Walaupun model ini telah terbebas dari uji asumsi klasik, namun model ini masih tergolong relatif sederhana dan masih adanya tanda variabel yang tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Untuk itu, penelitian lebih lanjut disarankan untuk memasukan variabel-variabel lain sehingga hasil estimasi yang diharapkan menjadi lebih tepat.




DAFTAR PUSTAKA
Amir. (2004). Pengaruh ekspor pertanian dan nonpertanian terhadap pendapatan nasional : Studi
kasus Indonesia tahun 1981 -2003, Kajian Ekonomi dan Keuangan, 8(4).
Ekaynayake. E.M. (1994). Export and economic growth in Asian Developing Countries: Cointegration
and error corection model. Journal of Economic Development, 24(2), December 1999.
Far. (2000). The relationship between export and economic growth: Assesing the evidence from Iran
(1959-1999). Institute for International Energy Studies.
Gujarati, N. (1995). Basic econometric (3th ed). United Sates Military Academy West Point: McGraw-
Hill, Inc.
Reinhart, M.S. (1990). Private investment and economic growth. World Development, 18(1), 19-27.
Sinha. (1999). Export instability, investment and economic growth in asian countries: A time series
analysis. Yale University and Macquarie University, Australia. Diambil tanggal 16 September
2009, dari http;//www.econ.yale.edu/growth-pdf/cdp799.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar