BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembangunan
ekonomi dalam perspektif yang luas dipandang sebagai suatu proses multidimensi
yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat,
institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,
pengurangan ketimpangan distribusi pendapatan serta pengentasan kemiskinan
(Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan
ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk
memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat
daripada
tingkat pertumbuhan penduduknya.
Menurut
Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran
meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan
prasyarat bagi berlangsungnya pembangunan ekonomi. Kemiskinan yang berlangsung
terus di banyak Negara Afrika merupakan salah satu akibat tidak adanya
pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut.
Karena
itu, masalah pertumbuhan ekonomi telah banyak mendapat perhatian ekonom, baik
di Negara sedang berkembang maupun negara-negara industri maju (Tambunan,
1996). Pada akhir tahun tujuh puluhan masalah pertumbuhan ekonomi telah banyak
diteliti oleh para ekonom, tetapi belum ada kesepakatan tentang penyebab
terjadinya pertumbuhan tersebut. Aliran ekonom Klasik lebih menekankan pada
penyediaan tenaga kerja, stok modal, dan perubahan teknologi dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar dapat
mengalokasikan sumberdaya secara efisien, sedangkan aliran Keynesian menekankan
pada faktor permintaan agregat. Pendekatan Keynesian ini menempatkan isu
sentral
pada
ekspor sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.
Saat
ini banyak ekonom tertarik kembali melakukan studi tentang pertumbuhan ekonomi.
Beberapa studi empiris yang telah dilakukan, baik di negara maju maupun di
negara berkembang termasuk Indonesia adalah Khan dan Reinhart (1990), Sinha
(1999), Far (2000), dan Amir (2004).
Diantara
studi-studi tersebut mengemukakan pentingnya peningkatan ekspor dan investasi
untuk memacu pertumbuhan ekonomi
B.
Rumusan
Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini yaitu bagaimana pengaruh ekspor terhadap perkembangan
ekonomi di Maluku?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu
sebagai salah satu prasyarat kelulusan pada penawaran mata kuliah ekonomi pembangunan.
D.
Manfaat
Penulisan
Diharapkan penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi:
1. Penulis
Sebagai
syarat kelulusan mata kuliah ekonomi pembangunana
2. Teman-teman
seangkatan
Sebagai masukan bagi teman seangkatan
guna mengetahui bagaimana pengaruh ekspor terhadap perkembangan ekonomi Maluku.
E.
Penjelasan
Istilah
Agar tidak salah dalam menafsirkan judul
maka penulis menjabarkannya yaitu sebagai berikut.
1. Ekspor
adalah suatu hasil sumber daya yang di miliki oleh suatu Negara yang di
keluarkan untuk keperluaan Negara lain dalam hal ini perekonomian antar negara.
2. Maluku
adalah salah satu provinsi yang terdapat di Indonesia bagian timur, dan
memiliki kemampuan ekspor yang cukup memadai.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pengertian
ini mengandung tiga hal pokok yaitu proses, output per kapita dan jangka
panjang. Proses menggambarkan perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu yang
bersifat dinamis,output per kapita mengaitkan aspek output total dan aspek
jumlah penduduk, dan jangka panjang menunjukkan kecenderungan perubahan
perekonomian dalam jangka waktu tertentu yang didorong oleh perubahan intern
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai kenaikan output total
dalam jangka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih
besar dari jumlah pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh perubahan
struktur perekonomian atau tidak. Sukirno (1998), mengartikan pertumbuhan
ekonomi sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang dihasilkan bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Teori
pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan
ekonomi
serta bagaimana keterkaitan di antara faktor-faktor tersebut sehingga terjadi
proses pertumbuhan. Terdapat cukup banyak teori pertumbuhan ekonomi tetapi
tidak satupun teori yang komprehensif yang dapat menjadi standar yang baku,
karena masing-masing teori memiliki kekhasan sendiri-sendiri sesuai dengan
latar belakang teori tersebut. Dalam tulisan ini akan dipaparkan dua teori
tentang pertumbuhan ekonomi yang dianggap cukup menerangkan sumber-sumber pertumbuhan
ekonomi yaitu teori Harrod Domar dan teori Solow-Swan.
2. Teori-Teori
Pertumbuhan Ekonomi
Teori
pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh Evsey Domar (Massacussets
Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod (Oxford University).
Teori ini merupakan perluasan teori Keynes dengan memasukkan masalah-masalah
ekonomi jangka panjang, serta berusaha menunjukkan syarat-syarat yang
dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady
growth).
Teori Harrod-Domar
mempunyai beberapa asumsi yaitu:
1.
Perekonomian dalam pengerjaan penuh (full employment).
2.
Perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan.
3.
Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan
nasional,
yang
berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4.
Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save, MPS) besarnya
tetap, demikian
juga
rasio antara modal-output (capital-output ratio, COR) dan rasio
pertambahan modal-output
(incrementalc
apital-output ratio, ICOR).
Menurut
teori Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu
dari pendapatan nasional hanya untuk mengganti barang-barang modal yang rusak.
Namun untuk menumbuhkan perekonomian diperlukan investasi baru sebagai tambahan
stok modal. Jika dianggap ada hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya
stok modal (K) dengan output
total
(Y), maka setiap tambahan bersih stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan
kenaikan output total sesuai rasio modal-output. Hubungan ini dikenal dengan
istilah rasio modal-output (COR).
Teori
pertumbuhan Solow-Swan menggunakan fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh
Charles Cobb dan Paul Dauglas yang dikenal dengan fungsi produksi Cobb-Dauglas.
Fungsi output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja.
Nilai
Tt, a dan b bisa diestimasi secara empiris, tetapi pada
umumnya nilai a dan b ditentukan besarnya dengan menganggap a + b
= 1 yang berarti bahwa a dan b nilainya adalah sama dengan produksi
batas dari masing-masing faktor produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai a
dan b ditentukan dengan melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam
menciptakan output (WiSritua Arief (1984), dalam disertasinya yang telah
dibukukan melakukan penelitian mengenai industri minyak bumi dan ekonomi dalam
studi dampak. Penelitian menganalisis data runtun waktu
1667-1976.
Sritua Arief melakukan dua model pendekatan, yaitu pendekatan input-output dan pendekatan
ekonomi makro. Dalam pendekatan ekonomi makro digunakan persamaan simultan yang
memodelkan pendapatan nasional dari pendekatan pengeluaran. Unsur-unsur
pendapatan nasional diuraikan dalam tujuh persaaman struktural dan dua
persamaan identitas, antara lain persamaan konsumsi (pemerintah dan swasta),
investasi (pemerintah dan swasta), impor, pajak dan
pembayaran
neto keluar negeri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengganda dampak yang
ditimbulkan oleh ekspor minyak bumi terhadap produk nasional bruto selama
periode yang diselidiki adalah 1,2876 yang jauh lebih kecil kalau dibandingkan
dengan yang ditimbulkan oleh ekspor sector non minyak bumi yang besarnya
3,0930. Sebab utama dari hal ini adalah ekspor sektor non minyak
bumi
mempunyai efek yang lebih tinggi terhadap konsumsi, investasi dan pajak.
Amir
(2004) meneliti pengaruh ekspor pertanian dan nonpertanian terhadap pendapatan nasional
dalam kurun waktu 1981- 2003 dengan menggunakan persamaan parsial dalam bentuk persamaan
linear dan persamaan log linier. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekspor pertanian
dan non pertanian memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nasional, yang
secara statistik sangat signifikan. Sementara dari sisi pertumbuhan, ekspor
pertanian memberi dampak yang lebih kecil terhadap pertumbuhan ekonomi.
Far
(1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ketidakstabilan ekspor, investasi
dan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara Asia dengan menggunakan data time
series. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat pengaruh yang berbeda-beda
antara satu negara dengan negara yang lain. Hubungan positif antara ekspor dan
pertumbuhan pertumbuhan ekonomi terjadi di Jepang, Malaysia, Philipina dan Sri
lanka. Sedangkan Korea, Myanmar, Pakistan dan Thailand
menunjukkan
hubungan negatif. Dalam penelitiannya juga ditemukan bahwa variabel investasi memiliki
hubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi.
Ekanayake
(1999) meneliti hubungan antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara
berkembang Asia dengan menggunakan model kointegrasi dan error corection
model (ECM). Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek ada hubungan
yang kuat antara ekspor
dan
pertumbuhan ekonomi, kecuali di Sri Lanka. Sedangkan dalam jangka panjang
terdapat hubungan yang kuat antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam semua
negara.
Data
yang digunakan dalam penelitian adalah data runtun waktu (time series)
yang
bersumber
dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan sumber-sumber lain
yang relevan. Data yang dikumpulkan mencakup semua variabel yang relevan untuk
keperluan estimasi selama kurun waktu 1980 – 2006.
Mengikuti
Reinhart (1990), spesifikasi model yang banyak digunakan oleh negara-negara berkembang
adalah model pertumbuhan neoklasik yang dikembangkan oleh Solow. Titik awal pengembangan
model adalah fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan hubungan antara output
yang dihasilkan dengan input yang digunakan, yang dapat ditulis sebagai
berikut:
y
Af (K,L,Z)
(8)
Dimana
y adalah tingkat output, K adalah stok kapital, L adalah
tenaga kerja, dan Z adalah faktor-faktor lain yang temasuk mempengaruhi
tingkat output. Variabel A adalah mengukur produktifitas faktor yang
secara umum dianggap tumbuh pada tingkat yang konstan.
3. Pengujian Terhadap Pelanggaran Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Untuk
menguji kemungkinan terjadinya gejala multikoliniearitas dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu membuat regresi tambahan (auxiliary regression), yaitu;
dengan meregresi variable bebas dengan variabel bebas lainnya. Untuk model
empat variabel bebas maka akan terdapat empat model pengujiannya. Kemudian,
pengujian multikolinearitas selanjutnya digunakan uji Klien (Klien test). Klien
menyatakan bahwa multikolinearitas baru menjadi masalah bila R² yang didapat
dari
regresi tambahan (auxilliary regression) adalah lebih besar bila
dibandingkan dengan R² yang didapat dari regresi berganda diantara seluruh
variabel bebas atau R² > R^2 YX1,…Xn (Gujarati,
1995).
Dalam penelitian ini dengan cara meregresikan antara sesama variabel
penjelasnya yang meliputi variabel LnXMG, LnXNMG, LnIG terhadap LnIP, variabel
LnXNMG, LnIG, LnIP terhadap LnXMG, variabel LnXMG, LnXNMG, LnIP terhadap LnIG,
variabel LnXMG, LnIG, LnIP terhadap LnXMG. Hasil R^2 dari perhitungan regresi
berganda antar variabel penjelas tersebut harus lebih
kecil
dari nilai R2 regresi berganda variabel penjelas (LnXMG, LnIG, LnIP, LnXMG) dengan
variable yang dijelaskan (LnY).
Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi
apakah varians dari kesalahan pengganggu konstan untuk semua variabel penjelas.
Bila ditemukan varians dari kesalahan penggangu tersebut tidak konstan, berarti
dalam model yang digunakan terdapat gejala heterokedastisitas. Konsekuensi dari
adanya heterokedastisitas ini adalah bahwa penaksir OLS tetap tidak bias dan
konsisten tetapi
tidak efisien.
Model Summary
R2 atau koefisien determinasi sebesar
98,9% yang berarti
nilai koefisien determinasi pada
persamaan di dalam estimasi pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 0,989% yang
berarti sekitar 98,9% variasi variabel tak bebas yang dapat dijelaskan oleh variable
bebasnya. sedangkan sisanya (1,1%) dijelaskan oleh variabel lain yang belum
teramati.
variabel yang
dijelaskan secara individu (parsial), sebagai berikut :
a. Pengaruh
Investasi Swasta (LnIP) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY).
Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah perubahan variabel penjelas yang
digunakan (Investasi Swasta, LnIP) dalam
model regresi secara individu (parsial) berpengaruh
terhadap perubahan variabel yang
dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY). Hasil pengujiannya
seperti tampak pada Tabel 3 yaitu diperoleh
nilai t hitung untuk Investasi Swasta terhadap
Pertumbuhan Ekonomi adalah sebesar 6,335
dengan menggunakan jumlah n sebesar 27.
Kemudian derajat kebebasan 95% atau
dengan kata lain tingkat keyakinan () ditetapkan
sebesar (0,05), dan degree of freedom
(df) dengan rumus (n-k) sebesar = 22 sehingga dapat
dilihat nilai t tabel sebesar 2,074.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa nilai t hitung (6,335) > t ada
pengaruh variabel penjelas secara parsial (Investasi Swasta,
LnIP)
terhadap variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY)).
Berdasarkan
hasil estimasi di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan investasi swasta
memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, yang secara statistik signifikan
pada
=5%. Artinya
setiap kenaikan investasi swasta sebesar 1% akan meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,036%. Hasil ini sejalan dengan pendapat para ekonom pada
umumnya yang
menyatakan bahwa investasi berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.
Terlebih untuk
negara berkembang seperti Indonesia, salah satu faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi yang
sangat dominan adalah faktor investasi, di samping faktor konsumsi. Konstribusi
investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi permintaan
dan
penawaran. Dari sisi
permintaan, peningkatan investasi akan menjadi stimulus petumbuhan
ekonomi dengan
menciptakan pertumbuhan yang efektif. Sedangkan dari sisi penawaran,
pertumbuhan
investasi akan merangsang pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lebih
banyak cadangan
modal yang kemudian berkembang dalam peningkatan kapasitas produksi.
Sehubungan
dengan itu, maka sudah sewajarnya pemerintah melakukan kebijakan yang
bertujuan untuk
meningkatkan masuknya investasi, terutama investasi swasta.
b. Pengaruh
Investasi Pemerintah (LnIG) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY).
Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah perubahan variabel penjelas yang
digunakan (Investasi Pemerintah, LnIG)
dalam model regresi secara individu (parsial)
berpengaruh terhadap perubahan variabel
yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY). Hasil pengujiannya seperti tampak
pada Tabel 3 yaitu diperoleh nilai t hitung untuk Investasi Pemerintah (LnIG)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY) sebesar 2,740. Pada data penelitian ini
menggunakan jumlah n sebesar 27. Kemudian derajat kebebasan 95% atau dengan
kata lain tingkat keyakinan ()
ditetapkan sebesar 0,05, dan degree of freedom (DF) dengan rumus (n-k) sebesar
= 22 sehingga dapat dilihat nilai t tabel sebesar 2,074 (kurva normal sisi
sebelah kiri).
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
nilai t hitung (2,740) > t tabel (2,074) yang berarti ada pengaruh variabel
penjelas secara parsial Investasi Pemerintah (LnIG)) terhadap variabel yang dijelaskan
(Pertumbuhan Ekonomi (LnY)).
Seperti halnya investasi swasta,
investasi pemerintah juga berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, yang secara
statistik signifikan pada = 5%. Hasil pengujian
ini telah sesuai dengan hipotesis yang diharapkan bahwa investasi pemerintah
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil pengujian,
pengaruh investasi pemerintah lebih rendah dari pengaruh investasi swasta, di
mana setiap peningkatan investasi pemerintah sebesar 1% akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,084% dengan asumsi factor lainnya konstan. Hal
ini sejalan dengan tujuan investasi yang dilakukan pemerintah, di mana investasi
yang dilaksanakan oleh pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi,
sosial, dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum (Peraturan pemerintah No. 8
Tahun 2007 tentang Investasi Pemerintah Pasal 2 ayat 1 dan 2).
c. Pengaruh
Ekspor Migas (LnXMG) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY).
Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah perubahan variabel penjelas yang
digunakan
(Ekspor Migas, LnXMG) dalam model regresi secara individu (parsial) berpengaru terhadap
perubahan variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY). Hasil
pengujiannya
Migas (LnXMG)
terhadap pertumbuhan ekonomi (LnY)).
Pengujian
hubungan antara ekspor migas terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan tanda
negatif, di mana
hal ini berlawanan dengan hipotesis yang dirumuskan sebelumnya, yaitu
bertanda
positif. Menurut hasil pengujian, variabel ekspor migas tidak berpengaruh
secara
signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi yang berlawanan ini merupakan cerminan
dari
perekonomian Indonesia beberapa tahun belakangan ini, di mana kebutuhan migas,
terutama minyak
untuk bahan bakar kendaraan dan keperluan industri tidak dapat disediakan
sepenuhnya oleh
produksi dalam negeri. Sekitar 30% dari kebutuhan minyak dalam negeri
dipenuhi melalui
impor.
d. Ekspor Non
Migas (LnXNMG) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (LnY).
Pengujian
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah perubahan variabel penjelas yang
digunakan
(Ekspor Non Migas, LnXNMG) dalam model regresi secara individu (parsial)
berpengaruh terhadap perubahan variabel
yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi, LnY). Hasil pengujiannya seperti tampak pada Tabel
3 diperoleh nilai t hitung untuk Ekspor Non Migas (LnXNMG) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (LnY) sebesar 3,576. Pada data penelitian ini menggunakan jumlah n
sebesar 27. Kemudian derajat kebebasan 95% atau dengan kata lain tingkat
keyakinan ()
ditetapkan sebesar 0,05, dan degree of freedom (DF) dengan rumus (n-k) sebesar
= 22 sehingga dapat dilihat nilai t tabel sebesar: 2.074. Dalam penelitian ini
dapat disimpulkan nilai t hitung (2, 576) > t Tabel (2,074) yang berarti ada
pengaruh variabel penjelas secara parsial (Ekspor Non Migas (LnXNMG)) terhadap
variabel yang dijelaskan (Pertumbuhan Ekonomi (LnY)).
Hasil
pengujian hubungan ekspor non migas terhadap pertumbuhan ekonomi telah sesuai
dengan hipotesis yang diharapkan, yaitu
bertanda positif. Artinya ekspor non miga
memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, yang secara
statistik signifikan pada = 5%. Setiap perubahan
ekspor non migas sebesar 1% akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar
0,082%. Berdasarkan data yang dikemukakan sebelumnya yaitu perkembangan ekspor
migas dan non migas (Gambar 1) nilai
ekspor non migas selalu lebih tinggi dari ekspor migas sejak tahun 1987.
Artinya, untuk perekonomian Indonesia (Maluku), pendapat bahwa ekspor sebaga mesin
pertumbuhan ekonomi (engine of growth) hanya berlaku untuk ekspor non
migas.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil pengujian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Ekonomi,
maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Investasi swasta, investasi pemerintah, ekspor migas, ekspor non migas
secarabersamasama
berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2.
Tiga dari empat variabel independen, yaitu investasi swasta, investasi
pemerintah dan
ekspor non migas
berpengaruh positif terhadap variabel dependen, yaitu pertumbuhan
ekonomi, yang
secara statitistik sangat signifikan. Sedangkan variabel independen yang
tidak
berpengaruh berpengaruh secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
variabel ekspor
migas.
Jurnal
Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 1, Maret 2010, 14-27
26
3. Investasi
swasta akan memberi dampak yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi,
yaitu memberi
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar sebesar 0,306%.
Sedangkan
investasi pemerintah memberikan konstribusi positf terhadap pertumbuhan
ekonomi sebesar
0,084%. Kontribusi yang terkecil berasal dari perubahan ekspor non migas,
yaitu memberi
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,082% jikamasingmasing
variabel diatas
berubah sebesar 1%.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka dapat
diberikan saran sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator kemajuan
perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, pemerintah disarankan lebih
berinisiatif menggalakkan faktor-faktor yang ikut mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi, terutama investasi swasta, investasi pemerintah dan ekspor
non migas.
2.
Peningkatan investasi akan meningkatkan kapasitas produksi yang pada akhirnya
berujung pada pembukaan lapangan kerja baru, yang pada tahap selanjutnya akan
mendoron pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, adanya peningkatan investasi
memungkinkan terjadinya transfer teknologi dan ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, investasi swasta baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri harus
diupayakan peningkatannya dari waktu ke waktu dengan memberikan berbagai
insentif seperti memberikan keringan pajak dan memangkas birokrasi perijinan,
memberikan pelayanan yang cepat, murah, efisien dan sebagainya. Investasi
pemerintah walaupun memberikan pengaruh yang lebih kecil namun peranannya tidak
boleh diabaikan. Investasi pemerintah juga harus diupayakan peningkatannya
karena disamping memberikan manfaat ekonomi juga memberikan manfaat sosial
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.
3.
Peningkatan ekspor non migas dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan
dengan melakukan diversifikasi ekspor dan memperluas pasar tujuan ekspor, dengan
demikian anggapan bahwa ekspor, terutama ekspor non migas menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi dapat menjadi kenyataan.
4.
Walaupun model ini telah terbebas dari uji asumsi klasik, namun model ini masih
tergolong relatif sederhana dan masih adanya tanda variabel yang tidak sesuai
dengan hipotesis yang diharapkan. Untuk itu, penelitian lebih lanjut disarankan
untuk memasukan variabel-variabel lain sehingga hasil estimasi yang diharapkan
menjadi lebih tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Amir. (2004). Pengaruh ekspor
pertanian dan nonpertanian terhadap pendapatan nasional : Studi
kasus Indonesia tahun 1981 -2003,
Kajian Ekonomi dan Keuangan, 8(4).
Ekaynayake. E.M. (1994). Export
and economic growth in Asian Developing Countries: Cointegration
and error corection model. Journal
of Economic Development, 24(2), December 1999.
Far. (2000). The relationship
between export and economic growth: Assesing the evidence from Iran
(1959-1999). Institute for
International Energy Studies.
Gujarati, N. (1995). Basic
econometric (3th
ed).
United Sates Military Academy West Point: McGraw-
Hill, Inc.
Reinhart, M.S. (1990). Private
investment and economic growth. World Development, 18(1), 19-27.
Sinha. (1999). Export
instability, investment and economic growth in asian countries: A time series
analysis. Yale University
and Macquarie University, Australia. Diambil tanggal 16 September
2009, dari
http;//www.econ.yale.edu/growth-pdf/cdp799.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar